Wednesday, November 29, 2017
Friday, July 21, 2017
Friday, March 31, 2017
Sering ngerayain April mop? baca dulu sejarahnya
April Mop merupakan budaya Barat yang dikenal dengan The April’s
Fool Day. Pada 1 April itu, orang boleh dan sah-sah saja menipu teman, orang
tua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika
sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika
sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal
mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan, dengan mengatakan, “April
Mop!”.
Namun banyak umat Islam
yang ikut-ikutan merayakan April Mop ini tidak mengetahui, bahwa April Mop,
atau The April’s Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di
tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.
Saat itu terjadi
pembantaian ribuan umat Islam di Granada Spanyol di depan pelabuhan. Dengan
tipuan akan diberangkatkan ke keluar Andalusia dengan kapal-kapal yang
disediakan oleh Ratu Isabella, Muslim Andalusia malah dikonsentrasikan dan
dengan mudah dibantai habis dalam waktu sangat singkat oleh ratusan pasukan
salib yang mengelilingi dari segala penjuru.
Dengan satu teriakan dari
pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa
rasa belas kasihan. Mereka kebanyakan terdiri atas para perempuan dengan
anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh
Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di
mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.
Bagi umat kristiani,
April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol
oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan
April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan
dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.
Itulah akhir dari
kejayaan Islam di Andalusia. Sebuah peradaban Islam yang dimulai dari
perjuangan Tariq Bin Ziyad pada tahun 711 M dan berakhir pada 1487 M. Selama
tujuh abad lebih peradaban ini telah menyumbangkan kepada dunia, kemajuan dalam
berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia
kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan
yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad.
Namun ada sebuah kisah yang sangat memilukan. Pada 2 Januari
1492, kardinal Devider memasang salib di atas Istana Hamra; istana kerajaan
Nashiriyah di Spanyol. Tujuannya sebagai bentuk proklamasi atas berakhirnya
pemerintahan Islam di Spanyol.
Kaum Muslimin dilarang
menganut Islam, dan dipaksa untuk murtad. Begitu juga mereka tidak boleh
menggunakan bahasa Arab, siapa yang menentang perintah itu akan dibakar hidup
hidup setelah disiksa dengan berbagai cara. Gereja di masa pemerintahan monarki
Raja Ferdianand dan Isabella membuat Dewan Mahkamah Luar Biasa atau yang
dikenal dengan Lembaga Inkuisi sebuah lembaga peradilan yang bertugas untuk
menghabisi siapa saja orang-orang di luar Katholik. Lembaga ini kemudian
bermetamorfosa menjadi Opus Dei.
Empat abad setelah
jatuhnya Islam di Spanyol, Napoleon Bonaparte pada 1808 mengeluarkan instruksi
untuk menghapuskan Dewan Mahkamah Luar Biasa tersebut. Dan di sinilah kisah ini
berawal. Ditulis oleh Syaikh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya At Ta’asub Wat
Tasamuh (hal 311-318).
Tentara Prancis menemukan
tempat sidang Dewan Mahkamah Luar Biasa itu di sebuah ruang rahasia di dalam
gereja. Di sana ada alat alat penyiksaan seperti alat pematah tulang dan alat
pengoyak badan. Alat ini untuk membelah tubuh manusia. Ditemukan pula satu peti
sebesar kepala manusia. Di situlah diletakkan kepala orang yang hendak disiksa.
Satu lagi alat penyiksaan ialah satu kotak yang dipasang mata pisau yang tajam.
Mereka campakkan orang orang muda ke dalam kotak ini, bila dihempaskan pintu
maka terkoyaklah badan yang disiksa tersebut.
Di samping itu ada mata
kail yang menusuk lidah dan tersentak keluar, dan ada pula yang disangkutkan ke
payudara wanita, lalu ditarik dengan kuat sehingga payudara tersebut terkoyak
dan putus karena tajamnya benda benda tersebut. Nasib wanita dalam siksaan ini
sama saja dengan nasib laki laki, mereka ditelanjangi dan tak terhindar dari
siksaan.
Inilah jawaban untuk
kita, mengapa saat ini, kita tidak menemukan bekas-bekas peradaban Islam yang
masih hidup di Spanyol. Seolah-olah tersapu bersih, sebersih-bersihnya. Inilah
balasan Barat terhadap Muslim.
Sumber:
http://islamedia.id/april-mop-fakta-sejarah-kekejaman-tentara-salib-membantai-ribuan-muslim-spanyol/