Wednesday, November 29, 2017

Opini: TARI RATOEH JAROE DINILAI SALAH DALAM BUDAYA ACEH







    Provinsi Aceh adalah provinsi paling barat Indonesia, Provinsi dengan beragambudaya dari wilayah pesisir hingga pegunungan. Aceh juga memiliki tari-tari tradisi yang beranekaragam mulai dari Tari Dampeng dari Aceh Singkil, Tari Saman dan Tari Guel dari Dataran Gayo, serta Tari Seudati dan Tari Laweut dari Pidie dan masih banyak lagi tari-tari tradisi aceh lainnya.
   Namun, sekarang muncul sebuah tari yang sedang di gandrungi oleh putra-putri di pulau jawa yang di klaim berasal dari Aceh yaitu tari Ratoeh Jaroe. Tari Ratoeh Jaroe adalah sebuah tari yang di mainkan oleh kaum wanita, Tari ini lebih terkenal di pulau jawa dengan nama “TARI SAMAN”.  Namun, nama tersebut salah karena Tari Saman itu dimainkan oleh para pria, tanpa alat musik pengiring, dan dalam bahasa gayo, sedangkan Ratoeh Jaroe dimainkan oleh para wanita, adanya alat musik pengiring, dalam bahasa aceh dan masih banyak lagi perbedaan lainnya. Sehingga sangatlah berbeda jauh antara Tari Ratoeh Jaroe sendiri dengan Tari Saman.
   Ratoeh  Jaroe  bukanlah tari tradisi aceh, Tari ini adalah Tari Garapan baru bernuansa Aceh. Ratoeh Jaroe juga di persalahkan di mata budaya. Iman Juaini sebagai aktivis seni dan budaya aceh serta sebagai pemilik Komunitas Seni SALEUM menegaskan dalam sela kesibukannya melatih tari opening untuk SAIL SABANG 2017 bahwa Ratoeh Jaroe bukanlah Tari Tradisi Aceh karena merusak tradisi-tradisi yang ada di Aceh dikarenakan tari ini mengambil semua Tari Tradisi Aceh yang ada seperti Likok Pulo, Ratep Meuseukat, Rapai geleng dan lain sebagainya. Tari ini juga dinilai menyalahi etika dan sifat wanita Aceh
   Dalam segi Entertaiment, Tari Ratoeh Jaroe memiliki popularitas yang sangat hebat hingga pernah tampil dan memenangkan berbagai kejuaraan tari nasional bahkan internasional. Namun, dengan adanya Ratoeh Jaroe menimbulkan efek terhadap tari tradisi tetap Aceh, sepertihalnya Tari Ratep Meuseukat dan Tari Laweut, dimana tari ini mulai ditinggalkan karena Putri-putri Aceh sekarang lebih memilih Ratoeh Jaroe yang memiliki musik eksternal ketimbang Ratep meuseukat dan Laweut yang hanya memiliki musik internal.
   Musik eksternal sendiri menambah setiap nuansa sebuah tari hingga tari itu sendiri akan terasa lebih Apik dan dinamis dengan adanya musik eksternal yang berasal dari alat musik yang dipakai untuk mengiringi tari. Sedangkan Musik Internal yang hanya mengandalkan Ketipan jari, pukulan dada serta pukulan paha  yang berasal dari tubuh penari dirasa kurang hingga membuat putri-putri aceh beralih ke Ratoeh  Jaroe.
    Imam Juaini juga menegaskan bahwa Tari Ratoeh Jaroe lebih layak dipanggil dengan sebutan Tari Rampoe Aceh (Rampoe berarti campuran) dikarenakan Tari Ratoeh jaroe mencampuradukkan semua Tari Tradisi Aceh kedalam Tari Ratoeh Jaroe itu sendiri yang bukan Tari tradisi namun Tari Garapan  baru Aceh.
   Jadi, dalam hal ini Tari Ratoeh Jaroe adalah sebuah tari yang tingkat entertaiment yang sangat baik namun salah dimata budaya Aceh itu sendiri

Oleh: Fahmi nurianda Akbar
Mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam, UIN Ar-Raniry Banda Aceh 

0 comments:

Post a Comment