
Hari ini di dominasi dengan pelajaran-pelajaran yang membosan kan, setelah pelajaran olah raga berlangsung kami akan mengikuti pelajaran biologi. Tetapi ternyata gurunya ada acara, jadinya ngk bisa masuk ke kelas.
“yukatta”
gumanku “Akhirnya gua bisa istirahat”
Bagi
kami, anak yang bandel di kelas. Guru yang ngk masuk itu adalah rezeki nomplok.
Emang dasar bandel, ckckck. Eh.
Akupun
mengobrol dengan teman-teman ku yang
sedang asik membahas tentang instagram, sebenarnya aku ngk minat sih
tapi yaudahlah dari pada bengong-bengong ngk jelas mending ikutan gabung.
Beberapa
menit kemudian
“Yok
hul, kita pulang” ajak Rafa teman sebangku ku. Padahal saat itu jam pulang
sekolah masih setengah jam lagi
Aku
tak menjawab tetapi langsung beres-beres, begitulah kebiasaan ku. Hingga di cap
sebagai makhluk ngk punya respon. Miris.
Tiba-tiba
saat aku lagi beres-beres teman-teman ku menemukan hotspot di laptopnya. Mereka
menyangka itu punya Rafa, belum tau juga gimana kebenarannya, sampe-sampe Rafa
buru-buru pulang demi menjaga keamanan kuota internetnya.
Karena
kelas kami di atas aku, Rafa, dan Liza pun harus berjalan menuruni anak tangga,
yaiyalah menuruni anak tangga masa terjun payung.
Sesampai
di bawah kami langsung belok menuju pintu gerbang, tapi apalah daya ada piket
yang menjaga di sana.
Kami
pun di introgasi, hingga di vonis
“Tunggu
nak ya, 15 menit lagi kok”
“What
the 15 menit lagi, masih setengah jam lagi pak” gumanku. Tapi entah kenapa
disana aku hanya diam saja, apa mungkin bibir aku ini habis di olesi lem.
Akhirnya
aku pasrah dan mengajak Rafa dan Liza untuk jajan, aku mengira mereka akan stay
di kantin. Tapi, semuanya terjadi tidak seperti yang ku pikirkan.
“Gimana
caranya kita pulang za?” tanya Rafa “Coba liat pintu ke boarding yuk, mungkin
kebuka”
“apa-apaan
nih, mau ngerencanain apaan ni makhluk berdua” gumanku.
Kami
pun menuju ke arah pintu boarding, ternyata banyak anak-anak boarding di sana,
termasuk cowok yang Rafa dan Liza pernah
taksir. Kami pun bersembunyi di balik toilet.
“Rame
kali wak, ngk berani lewat kalau gini model” ujar liza
“Coba
tanyain dulu Za, pintunya buka ngk” jawab rafa
“ngk
berani aku”
“katanya
ngk ada perasaan apa-apa”
Liza
Cuma nyengir kaya kuda lumping.
Rafa
menatap kearah ku “Tanyain hul”
“Mana
berani aku” jawab ku menolak.
Kami
pun dilema antara mau balik ke kelas atau lanjutin misi setengah matang ini.
Liza
pun berlari menuju ke samping kanan toilet
“Itu
pintunya buka kayanya, coba liat hul”
Akupun
membuka mata lebar-lebar dan menitrogasi si pintu “kayanya sih buka”
“Ayo
kita kesana” ajak liza
“Tapi
kalau ngk buka malu ui”
Tiba-tiba
dua anak boarding lewat, liza pun berteriak untuk menanyakan pintu itu buka
atau ngk. Dan ternyata buka.
Drama
pun terjadi lagi, aku dan Rafa takut untuk melangkah. Kami Cuma mau nganterin
liza sampai ke pintu doang.
Liza
pun menggerutu “Masa kek gitu kalian, pulang jugalah”
“Tinggal
12 menit lagi hai za” Rafa yang jadi korban tipuan jam pun protes.
“Apa
12 menit lagi, jam setengah 2 kita pulang”
Akupun
mulai memeluk tiang sambil berkata “Fa gua mending nunggu bentar lagi aja,
ngk berani gua kesana”
Aku
dan Rafa melanjutkan drama dilema kami, sampai akhirnya kami cabut juga. Kami jalan
dengan langkah cepat dan was was menuju pintu keluar, hingga akhirnya berhasil
keluar dari perkarangan sekolah.
“Simbol
gua” ujarku sambil menutup simbol dengan jilbab “Alah percuma juga, di celana
rafa juga terpampang nyata” gerutuku
sambil menunjuk ke arah celana rafa yang menggunakan pakaian
setengah-setengah.
“Buat
apa nutup-nutup, orang juga tau karna udah sering liat” jawab Rafa
“okelah,
gua balik dulu. Bye” ujar liza yang beranjak pergi.
Tinggal
aku berdua dengan rafa yang berjalan kaki menuju ketempat kami biasa nunggu
labi-labi.
“Ternyata
kita bandel Fa”
“Kalau
mau jadi anak patuh, sebaiknya jangan berkawan sama gua”
“emang
muka gua ada tampang anak patuhnya?” gumanku.
Sekarang
gua sadar ternyata cewek pun bandelnya bisa melebihi cowok
.
Perjalanan kami pun diselimuti awan keheningan.
Krik..krik..